Masa
lampau Indonesia sangat kaya raya. Ini dibuktikan oleh informasi dari
berbagai sumber kuno. Kali ini kami akan membahas kekayaan tiap pulau
yang ada di Indonesia. Pulau-pulau itu akan kami sebutkan menjadi tujuh
bagian besar yaitu Sumatera, Jawa, Kepulauan Sunda kecil, Kalimantan,
Sulawesi, Kepulauan Maluku, dan Papua.
Sumatera - Pulau Emas

Dalam
berbagai prasasti, pulau Sumatera disebut dengan nama Sansekerta:
Suwarnadwipa ("pulau emas") atau Suwarnabhumi ("tanah emas"). Nama-nama
ini sudah dipakai dalam naskah-naskah India sebelum Masehi. Sumatera
juga dikenal sebagai pulau Andalas.
Pada
masa Dinasti ke-18 Fir'aun di Mesir (sekitar 1.567SM-1.339SM), di
pesisir barat pulau sumatera telah ada pelabuhan yang ramai, dengan nama
Barus. Barus (Lobu Tua - daerah Tapanuli) diperkirakan sudah ada sejak
3000 tahun sebelum Masehi. Barus dikenal karena merupakan tempat asal
kapur barus. Ternyata kamper atau kapur barus digunakan sebagai salah
satu bahan pengawet mummy Fir'aun Mesir kuno.
Di
samping Barus, di Sumatera terdapat juga kerajaan kuno lainnya. Sebuah
manuskrip Yahudi Purba menceritakan sumber bekalan emas untuk membina
negara kota Kerajaan Nabi Sulaiman diambil dari sebuah kerajaan purba di
Timur Jauh yang dinamakan Ophir. Kemungkinan Ophir berada di Sumatera
Barat. Di Sumatera Barat terdapat gunung Ophir. Gunung Ophir (dikenal
juga dengan nama G. Talamau) merupakan salah satu gunung tertinggi di
Sumatera Barat, yang terdapat di daerah Pasaman. Kabarnya kawasan emas
di Sumatera yang terbesar terdapat di Kerajaan Minangkabau. Menurut
sumber kuno, dalam kerajaan itu terdapat pegunungan yang tinggi dan
mengandung emas. Konon pusat Kerajaan Minangkabau terletak di
tengah-tengah galian emas. Emas-emas yang dihasilkan kemudian diekspor
dari sejumlah pelabuhan, seperti Kampar, Indragiri, Pariaman, Tikus,
Barus, dan Pedir. Di Pulau Sumatera juga berdiri Kerajaan Srivijaya yang
kemudian berkembang menjadi Kerajaan besar pertama di Nusantara yang
memiliki pengaruh hingga ke Thailand dan Kamboja di utara, hingga Maluku
di timur.
Kini
kekayaan mineral yang dikandung pulau Sumatera banyak ditambang. Banyak
jenis mineral yang terdapat di Pulau Sumatera selain emas. Sumatera
memiliki berbagai bahan tambang, seperti batu bara, emas, dan timah
hitam. Bukan tidak mungkin sebenarnya bahan tambang seperti emas dan
lain-lain banyak yang belum ditemukan di Pulau Sumatera. Beberapa orang
yakin sebenarnya Pulau Sumatera banyak mengandung emas selain dari apa
yang ditemukan sekarang. Jika itu benar maka Pulau Sumatera akan dikenal
sebagai pulau emas kembali.
Jawa - Pulau Padi

Dahulu
Pulau Jawa dikenal dengan nama JawaDwipa. JawaDwipa berasal dari bahasa
Sanskerta yang berarti "Pulau Padi" dan disebut dalam epik Hindu
Ramayana. Epik itu mengatakan "Jawadwipa, dihiasi tujuh kerajaan, Pulau
Emas dan perak, kaya dengan tambang emas", sebagai salah satu bagian
paling jauh di bumi. Ahli geografi Yunani, Ptolomeus juga menulis
tentang adanya "negeri Emas" dan "negeri Perak" dan pulau-pulau, antara
lain pulau ""Iabadiu" yang berarti "Pulau Padi".
Ptolomeus
menyebutkan di ujung barat Iabadiou (Jawadwipa) terletak Argyre
(kotaperak). Kota Perak itu kemungkinan besar adalah kerajaan Sunda
kuno, Salakanagara yang terletak di barat Pulau Jawa. Salakanagara dalam
sejarah Sunda (Wangsakerta) disebut juga Rajatapura. Salaka diartikan
perak sedangkan nagara sama dengan kota, sehingga Salakanagara banyak
ditafsirkan sebagai Kota perak.
Di Pulau Jawa ini juga berdiri
kerajaan besar Majapahit. Majapahit tercatat sebagai kerajaan terbesar
di Nusantara yang berhasil menyatukan kepulauan Nusantara meliputi
Sumatra, semenanjung Malaya, Borneo, Sulawesi, kepulauan Nusa Tenggara,
Maluku, Papua, dan sebagian kepulauan Filipina. Dalam catatan Wang
Ta-yuan, komoditas ekspor Jawa pada saat itu ialah lada, garam, kain,
dan burung kakak tua. Mata uangnya dibuat dari campuran perak, timah
putih, timah hitam, dan tembaga. Selain itu, catatan kunjungan biarawan
Roma tahun 1321, Odorico da Pordenone, menyebutkan bahwa istana Raja
Jawa penuh dengan perhiasan emas, perak, dan permata.
Menurut banyak pakar, pulau
tersubur di dunia adalah Pulau Jawa. Hal ini masuk akal, karena Pulau
Jawa mempunyai konsentrasi gunung berapi yang sangat tinggi. Banyak
gunung berapi aktif di Pulau Jawa. Gunung inilah yang menyebabkan tanah
Pulau Jawa sangat subur dengan kandungan nutrisi yang di perlukan oleh
tanaman.
Raffles pengarang buku
The History of Java merasa takjub pada kesuburan alam Jawa yang tiada
tandingnya di belahan bumi mana pun. "Apabila seluruh tanah yang ada
dimanfaatkan," demikian tulisnya, "bisa dipastikan tidak ada wilayah di
dunia ini yang bisa menandingi kuantitas, kualitas, dan variasi tanaman
yang dihasilkan pulau ini."
Kini pulau Jawa memasok 53
persen dari kebutuhan pangan Indonesia. Pertanian padi banyak terdapat
di Pulau Jawa karena memiliki kesuburan yang luar biasa. Pulau Jawa
dikatakan sebagai lumbung beras Indonesia. Jawa juga terkenal dengan
kopinya yang disebut kopi Jawa. Curah hujan dan tingkat keasaman tanah
di Jawa sangat pas untuk budidaya kopi. Jauh lebih baik dari kopi
Amerika Latin ataupun Afrika.
Hasil
pertanian pangan lainnya berupa sayur-sayuran dan buah-buahan juga
benyak terdapat di Jawa, misalnya kacang tanah, kacang hijau, daun
bawang, bawang merah, kentang, kubis, lobak, petsai, kacang panjang,
wortel, buncis, bayam, ketimun, cabe, terong, labu siam, kacang merah,
tomat, alpokat, jeruk, durian, duku, jambu biji, jambu air, jambu bol,
nenas, mangga, pepaya, pisang, sawo, salak,apel, anggur serta rambutan.
Bahkan di Jawa kini dicoba untuk ditanam gandum dan pohon kurma. Bukan
tidak mungkin jika lahan di Pulau Jawa dipakai dan diolah secara
maksimal untuk pertanian maka Pulau Jawa bisa sangat kaya hanya dari
hasil pertanian.
Kepulauan Sunda kecil (Bali, NTB dan NTT) - Kepulauan Wisata

Ptolemaeus
menyebutkan, ada tiga buah pulau yang dinamai Sunda yang terletak di
sebelah timur India. Berdasarkan informasi itu kemudian ahli-ahli ilmu
bumi Eropa menggunakan kata Sunda untuk menamai wilayah dan beberapa
pulau di timur India. Sejumlah pulau yang kemudian terbentuk di dataran
Sunda diberi nama dengan menggunakan istilah Sunda pula yakni Kepulauan
Sunda Besar dan Kepulauan Sunda Kecil. Kepulauan Sunda Besar ialah
himpunan pulau besar yang terdiri dari Sumatera, Jawa, Madura dan
Kalimantan. Sedangkan Sunda Kecil merupakan gugusan pulau Bali, Lombok,
Sumbawa, Flores, Sumba, dan Timor.
Daerah Kepulauan Sunda kecil ini
dikenal sebagai daerah wisata karena keindahan alamnya yang
menakjubkan. Sejak dulu telah ada yang berwisata ke daerah ini.
Perjalanan Rsi Markandiya sekitar abad 8 dari Jawa ke Bali, telah
melakukan perjalanan wisata dengan membawa misi-misi keagaman. Demikian
pula Empu Kuturan yang mengembangkan konsep Tri Sakti di Bali datang
sekitar abad 11. Pada tahun 1920 wisatawan dari Eropa mulai datang ke
Bali. Bali di Eropa dikenal juga sebagai the Island of God.
Di Tempat lain di Kepulauan
Sunda Kecil tepatnya di daerah Nusa Tenggara Barat dikenal dari hasil
ternaknya berupa kuda, sapi, dan kerbau. Kuda Nusa tenggara sudah
dikenal dunia sejak ratusan tahun silam. Abad 13 M Nusa Tenggara Barat
telah mengirim kuda-kuda ke Pulau Jawa. Nusa Tenggara Barat juga dikenal
sebagai tempat pariwisata raja-raja. Raja-raja dari kerajaan Bali
membangun Taman Narmada pada tahun 1727 M di daerah Pulau Lombok untuk
melepas kepenatan sesaat dari rutinitas di kerajaan.
Daerah Sunda Kecil yang tidak
kalah kayanya adalah Nusa Tenggara Timur, karena di daerah ini terdapat
kayu cendana yang sangat berharga. Cendana adalah tumbuhan asli
Indonesia yang tumbuh di Propinsi Nusa Tenggara Timur. Cendana dari Nusa
Tenggara Timur telah diperdagangkan sejak awal abad masehi. Sejak awal
abad masehi, banyak pedagang dari wilayah Indonesia bagian barat dan
Cina berlayar ke berbagai wilayah penghasil cendana di Nusa Tenggara
Timur terutama Pulau Sumba dan Pulau Timor. Konon Nabi Sulaiman memakai
cendana untuk membuat tiang-tiang dalam bait Sulaiman, dan untuk alat
musik. Nabi Sulaiman mengimpor kayu ini dari tempat-tempat yang jauh
yang kemungkinan cendana tersebut berasal dari Nusa Tenggara Timur.
Kini Kepulauan Sunda kecil ini
merupakan tempat pariwisata yang terkenal di dunia. Bali merupakan pulau
terindah di dunia. Lombok juga merupakan salah satu tempat terindah di
dunia. Sementara itu di Nusa tenggara Timur terdapat Pulau yang dihuni
binatang purba satu-satunya di dunia yang masih hidup yaitu komodo.
Kepulauan Sunda kecil merupakan tempat yang misterius dan sangat
menawan. Kepulauan ini bisa mendapat banyak kekayaan para pelancong dari
seluruh dunia jika dikelola secara maksimal.
Kalimantan - Pulau Lumbung energi

Dahulu
nama pulau terbesar ketiga di dunia ini adalah Warunadwipa yang artinya
Pulau Dewa Laut. Kalimantan dalam berita-berita China (T'ai p'ing huan
yu chi) disebut dengan istilah Chin li p'i shih. Nusa Kencana" adalah
sebutan pulau Kalimantan dalam naskah-naskah Jawa Kuno. Orang Melayu
menyebutnya Pulau Hujung Tanah (P'ulo Chung). Borneo adalah nama yang
dipakai oleh kolonial Inggris dan Belanda.
Pada zaman dulu pedagang asing
datang ke pulau ini mencari komoditas hasil alam berupa kamfer, lilin
dan sarang burung walet melakukan barter dengan guci keramik yang
bernilai tinggi dalam masyarakat Dayak. Para pendatang India maupun
orang Melayu memasuki muara-muara sungai untuk mencari lahan bercocok
tanam dan berhasil menemukan tambang emas dan intan di Pulau ini.
Di Kalimantan berdiri kerajaan
Kutai. Kutai Martadipura adalah kerajaan tertua bercorak Hindu di
Nusantara. Nama Kutai sudah disebut-sebut sejak abad ke 4 (empat) pada
berita-berita India secara tegas menyebutkan Kutai dengan nama
"Quetaire" begitu pula dengan berita Cina pada abat ke 9 (sembilan)
menyebut Kutai dengan sebutan "Kho They" yang berarti kerajaan besar.
Dan pada abad 13 (tiga belas) dalam kesusastraan kuno Kitab Negara
Kertagama yang disusun oleh Empu Prapanca ditulis dengan istilah
"Tunjung Kute". Peradaban Kutai masa lalu inilah yang menjadi tonggak
awal zaman sejarah di Indonesia.
Kini Pulau Kalimantan merupakan
salah satu lumbung sumberdaya alam di Indonesia memiliki beberapa
sumberdaya yang dapat dijadikan sebagai sumber energi, diantaranya
adalah batubara, minyak, gas dan geothermal. Hutan Kalimantan mengandung
gambut yang dapat digunakan sebagai sumber energi baik untuk pembangkit
listrik maupun pemanas sebagai pengganti batu bara. Yang luar biasa
ternyata Kalimantan memiliki banyak cadangan uranium yang bisa dipakai
untuk pembangkit listrik tenaga nuklir. Disamping itu Kalimantan juga
memiliki potensi lain yakni sebagai penyedia sumber energi botani atau
terbaharui. Sumber energi botani atau bioenergi ini adalah dari CPO
sawit. Pulau Kalimantan memang sangat kaya.
Sulawesi - Pulau besi

Orang Arab menyebut Sulawesi
dengan nama Sholibis. Orang Belanda menyebut pulau ini dengan nama
Celebes. Pulau ini telah dihuni oleh manusia sejak 30.000 tahun yang
lalu terbukti dengan adanya peninggalan purba di Pulau ini. Contohnya
lokasi prasejarah zaman batu Lembah Besoa.
Nama Sulawesi konon berasal dari
kata 'Sula' yang berarti pulau dan 'besi'. Pulau Sulawesi sejak dahulu
adalah penghasil bessi (besi), sehingga tidaklah mengherankan Ussu dan
sekitar danau Matana mengandung besi dan nikkel. Di sulawesi pernah
berdiri Kerajaan Luwu yang merupakan salah satu kerajaan tertua di
Sulawesi. Wilayah Luwu merupakan penghasil besi. Bessi Luwu atau senjata
Luwu (keris atau kawali) sangat terkenal akan keampuhannya, bukan saja
di Sulawesi tetapi juga di luar Sulawesi. Dalam sejarah Majapahit,
wilayah Luwu merupakan pembayar upeti kerajaan, selain dikenal sebagai
pemasok utama besi ke Majapahit, Maluku dan lain-lain. Menurut catatan
yang ada, sejak abad XIV Luwu telah dikenal sebagai tempat peleburan
besi.
Di Pulau Sulawesi ini juga
pernah berdiri Kerajaan Gowa Tallo yang pernah berada dipuncak kejayaan
yang terpancar dari Sombaopu, ibukota Kerajaan Gowa ke timur sampai ke
selat Dobo, ke utara sampai ke Sulu, ke barat sampai ke Kutai dan ke
selatan melalui Sunda Kecil, diluar pulau Bali sampai ke Marege (bagian
utara Australia). Ini menunjukkan kekuasaan yang luas meliputi lebih
dari 2/3 wilayah Nusantara.
Selama zaman yang makmur akan
perdagangan rempah-rempah pada abad 15 sampai 19, Sulawesi sebagai
gerbang kepulauan Maluku, pulau yang kaya akan rempah-rempah. Kerajaan
besar seperti Makasar dan Bone seperti yang disebutkan dalam sejarah
Indonesia timur, telah memainkan peranan penting. Pada abad ke 14
Masehi, orang Sulawesi sudah bisa membuat perahu yang menjelajahi dunia.
Perahu pinisi yang dibuat masyarakat Bugis pada waktu itu sudah bisa
berlayar sampai ke Madagaskar di Afrika, suatu perjalanan mengarungi
samudera yang memerlukan tekad yang besar dan keberanian luar biasa. Ini
membuktikan bahwa suku Bugis memiliki kemampuan membuat perahu yang
mengagumkan, dan memiliki semangat bahari yang tinggi. Pada saat yang
sama Vasco da Gama baru memulai penjelajahan pertamanya pada tahun 1497
dalam upaya mencari rempah-rempah, dan menemukan benua-benua baru di
timur, yang sebelumnya dirintis Marco Polo.
Sampai saat ini Sulawesi sangat
kaya akan bahan tambang meliputi besi, tembaga, emas, perak, nikel,
titanium, mangan semen, pasir besi/hitam, belerang, kaolin dan bahan
galian C seperti pasir, batu, krikil dan trass. Jika saja dikelola
dengan baik demi kemakmuran rakyat maka menjadi kayalah seluruh orang
Sulawesi.
Maluku - Kepulauan rempah-rempah

Maluku
memiliki nama asli "Jazirah al-Mulk" yang artinya kumpulan/semenanjung
kerajaan yang terdiri dari kerajaan-kerajaan kecil. Maluku dikenal
dengan kawasan Seribu Pulau serta memiliki keanekaragaman sosial budaya
dan kekayaan alam yang berlimpah. Orang Belanda menyebutnya sebagai 'the
three golden from the east' (tiga emas dari timur) yakni Ternate, Banda
dan Ambon. Sebelum kedatangan Belanda, penulis dan tabib Portugis, Tome
Pirez menulis buku 'Summa Oriental' yang telah melukiskan tentang
Ternate, Ambon dan Banda sebagai 'the spices island'.
Pada masa lalu wilayah Maluku
dikenal sebagai penghasil rempah-rempah seperti cengkeh dan pala.
Cengkeh adalah rempah-rempah purbakala yang telah dikenal dan digunakan
ribuan tahun sebelum masehi. Pohonnya sendiri merupakan tanaman asli
kepulauan Maluku (Ternate dan Tidore), yang dahulu dikenal oleh para
penjelajah sebagai Spice Islands.
Pada 4000 tahun lalu di kerajaan
Mesir, Fir'aun dinasti ke-12, Sesoteris III. Lewat data arkeolog
mengenai transaksi Mesir dalam mengimpor dupa, kayu eboni, kemenyan,
gading, dari daratan misterius tempat "Punt" berasal. Meski dukungan
arkeologis sangat kurang, negeri "Punt" dapat diidentifikasi setelah
Giorgio Buccellati menemukan wadah yang berisi benda seperti cengkih di
Efrat tengah. Pada masa 1.700 SM itu, cengkih hanya terdapat di
kepulauan Maluku, Indonesia. Pada abad pertengahan (sekitar 1600 Masehi)
cengkeh pernah menjadi salah satu rempah yang paling popular dan mahal
di Eropa, melebihi harga emas.
Selain cengkeh, rempah-rempah
asal Maluku adalah buah Pala. Buah Pala (Myristica fragrans) merupakan
tumbuhan berupa pohon yang berasal dari kepulauan Banda, Maluku. Akibat
nilainya yang tinggi sebagai rempah-rempah, buah dan biji pala telah
menjadi komoditi perdagangan yang penting pada masa Romawi. Melihat
mahalnya harga rempah-rempah waktu itu banyak orang Eropa kemudian
mencari Kepulauan rempah-rempah ini. Sesungguhnya yang dicari Christoper
Columbus ke arah barat adalah jalan menuju Kepulauan Maluku, 'The
Island of Spices' (Pulau Rempah-rempah), meskipun pada akhirnya Ia
justru menemukan benua baru bernama Amerika. Rempah-rempah adalah salah
satu alasan mengapa penjelajah Portugis Vasco Da Gama mencapai India dan
Maluku.
Kini sebenarnya Maluku bisa
kembali berjaya dengan hasil pertaniannya jika terus dikembangkan dengan
baik. Maluku bisa kaya raya dengan hasil bumi dan lautnya.
Papua - Pulau surga

Papua
adalah pulau terbesar kedua di dunia. Pada sekitar Tahun 200 M , ahli
Geography bernama Ptolamy menyebutnya dengan nama LABADIOS. Pada akhir
tahun 500 M, pengarang Tiongkok bernama Ghau Yu Kua memberi nama TUNGKI,
dan pada akhir tahun 600 M, Kerajaan Sriwijaya menyebut nama Papua
dengan menggunakan nama JANGGI. Tidore memberi nama untuk pulau ini dan
penduduknya sebagai PAPA-UA yang sudah berubah dalam sebutan menjadi
PAPUA. Pada tahun 1545, Inigo Ortiz de Retes memberi nama NUEVA GUINEE
dan ada pelaut lain yang memberi nama ISLA DEL ORO yang artinya Pulau
Emas. Robin Osborne dalam bukunya, Indonesias Secret War: The Guerilla
Struggle in Irian Jaya (1985), menjuluki provinsi paling timur Indonesia
ini sebagai surga yang hilang.
Tidak diketahui apakah pada
peradaban kuno sebelum masehi di Papua telah terdapat kerajaan. Bisa
jadi zaman dahulu telah terdapat peradaban maju di Papua. Pada sebuah
konferensi tentang lampu jalan dan lalulintas tahun 1963 di Pretoria
(Afrika Selatan), C.S. Downey mengemukakan tentang sebuah pemukiman
terisolir di tengah hutan lebat Pegunungan Wilhelmina (Peg. Trikora) di
Bagian Barat New Guinea (Papua) yang memiliki sistem penerangan maju.
Para pedagang yang dengan susah payah berhasil menembus masuk ke
pemukiman ini menceritakan kengeriannya pada cahaya penerangan yang
sangat terang benderang dari beberapa bulan yang ada di atas tiang-tiang
di sana. Bola-bola lampu tersebut tampak secara aneh bersinar setelah
matahari mulai terbenam dan terus menyala sepanjang malam setiap hari.
Kita tidak tahu akan kebenaran kisah ini tapi jika benar itu merupakan
hal yang luar biasa dan harus terus diselidiki.
Papua telah dikenal akan
kekayaan alamnya sejak dulu. Pada abad ke-18 Masehi, para penguasa dari
kerajaan Sriwijaya, mengirimkan persembahan kepada kerajaan China. Di
dalam persembahan itu terdapat beberapa ekor burung Cendrawasih, yang
dipercaya sebagai burung dari taman surga yang merupakan hewan asli dari
Papua. Dengan armadanya yang kuat Sriwijaya mengunjungi Maluku dan
Papua untuk memperdagangkan rempah – rempah, wangi – wangian, mutiara
dan bulu burung Cenderawasih. Pada zaman Kerajaan Majapahit sejumlah
daerah di Papua sudah termasuk dalam wilayah kekuasaan Majapahit. Pada
abad XVI Pantai Utara sampai Barat daerah Kepala Burung sampai Namatota (
Kab.Fak-fak ) disebelah Selatan, serta pulau – pulau disekitarnya
menjadi daerah kekuasaan Sultan Tidore.
Tanah Papua sangat kaya. Tembaga
dan Emas merupakan sumber daya alam yang sangat berlimpah yang terdapat
di Papua. Papua terkenal dengan produksi emasnya yang terbesar di dunia
dan berbagai tambang dan kekayaan alam yang begitu berlimpah. Papua
juga disebut-sebut sebagai surga kecil yang jatuh ke bumi. Papua
merupakan surga keanekaragaman hayati yang tersisa di bumi saat ini.
Pada tahun 2006 diberitakan suatu tim survei yang terdiri dari
penjelajah Amerika, Indonesia dan Australia mengadakan peninjauan di
sebagian daerah pegunungan Foja Propinsi Papua Indonesia. Di sana mereka
menemukan suatu tempat ajaib yang mereka namakan "dunia yang
hilang",dan "Taman Firdaus di bumi", dengan menyaksikan puluhan jenis
burung, kupu-kupu, katak dan tumbuhan yang belum pernah tercatat dalam
sejarah. Jika dikelola dengan baik, orang Papua pun bisa lebih makmur
dengan kekayan alam yang melimpah tersebut.
Demikianlah
sedikit tulisan mengenai pulau-pulau di Indonesia yang sangat kaya.
Dari tulisan tersebut sebenarnya Indonesia sudah dikenal sebagai bumi
yang kaya sejak zaman peradaban kuno. Kita tidak tahu peradaban kuno apa
yang sebenarnya telah ada di Kepulauan Nusantara ini. Bisa jadi telah
ada peradaban kuno dan makmur di Indonesia ini yang tidak tercatat
sejarah.
Ilmuwan
Brazil Prof. Dr. Aryso Santos, menegaskan teori bahwa Atlantis itu
adalah wilayah yang sekarang disebut Indonesia. Indonesia adalah wilayah
yang dianggap sebagai ahli waris Atlantis. Plato menyebutkan bahwa
Atlantis adalah negara makmur yang bermandi matahari sepanjang waktu.
Oppenheimer
dalam buku "Eden in the East: the Drowned Continent of Southeast Asia",
mengajukan bahwa Sundaland (Indonesia) adalah Taman Firdaus (Taman
Eden). bahwa Taman Firdaus (Eden) itu bukan di Timur Tengah, tetapi
justru di Sundaland. Indonesia memang merupakan lahan yang subur dan
indah yang terletak di jalur cincin api (pacific ring of fire), yang
ditandai keberadaan lebih dari 500 gunung berapi di Indonesia. Indonesia
bisa saja disebut sebagai surga yang dikelilingi cincin api. Tapi
terlepas dari benar atau tidaknya kita semua sepakat mengatakan bahwa
sebenarnya Indonesia adalah negeri yang sangat kaya akan hasil bumi,
laut maupun budayanya.
Kebudayaan
asli Indonesia sudah berumur ribuan tahun sebelum peradaban Mesir
maupun Mesopotamia mulai menulis di atas batu. Peradaban bangsa
Indonesia mungkin memang tidak dimulai dengan tradisi tulisan, akan
tetapi tradisi lisan telah hidup dan mengakar dalam jiwa masyarakat kuno
bangsa kita.
Alam
Indonesia yang kaya-raya dan dirawat dengan baik oleh nenek moyang kita
juga menjadi salah satu faktor yang membuat kepulauan nusantara menjadi
sumber perhatian dunia. Indonesia merupakan negara yang terletak di
khatulistiwa yang memiliki kekayaan sumber daya alam melimpah di samping
letaknya yang strategis secara geografis. Sumber daya alam tersebut
mulai dari kekayaan laut, hutan, hingga barang tambang yang tersebar
dari Sabang sampai Merauke. Kini mulai banyak ditemukan tambang baru di
Indonesia. Orang Indonesia akan terkejut dengan kekayaan alam apa lagi
yang akan muncul dari dalam bumi Indonesia ini.
Bumi
yang kaya ini jika dikelola dengan baik akan membuat setiap rakyat
Indonesia bisa memperoleh kemakmuran yang luar biasa sehingga bisa jadi
suatu saat rakyat Indonesia sudah tidak perlu dikenakan pajak seperti
saat ini, dan segala fasilitas bisa dinikmati dengan gratis berkat dari
kekayaan alam yang melimpah yang dibagi kepada rakyat secara adil. Yang
dibutuhkan Indonesia adalah penguasa baik, adil dan pandai yang amat
mencintai rakyat dan menolak segala bentuk kebijakan yang menyulitkan
masyarakat. Sudah saatnya Indonesia bangkit menuju kejayaannya. Jika hal
itu terlaksana Indonesia bisa menjadi negara paling kaya di dunia.