Sunday, April 22, 2012

Waspada, Efek Buruk Laptop Pada Kulit Wanita Dan Kesuburan Pria

 
Sejumlah peneliti menemukan fakta bahwa penggunaan komputer dengan Wi-Fi serta meletakkannya di dekat alat reproduksi berpotensi menurunkan kualitas sperma pria dan mengurangi kesempatan memiliki anak.

Para ilmuwan menemukan sperma yang ditaruh di bawah laptop yang menggunakan teknologi wireless mengalami kerusakan parah ketimbang sperma yang disimpan dalam temperatur sama namun jauh dari sinyal Wi-Fi.

Penelitian ini dilakukan oleh tim dari Amerika Serikat (AS0 dan Argentina dan memperlihatkan sperma tak bisa berenang dan malah merusak kode genetiknya.
Para ahli menduga penemuan kerusakan sperma, yang sudah dipublikasikan pada bulan ini di jurnal Fertility and Sterility, disebabkan oleh radiasi elektromagnetik yang ditransmisikan melalui komunikasi tanpa kabel dan kemudian merusak semen.

Penelitian yang dilakukan di Nascentis Centre for Reproductive Medicine in Cordoba, Argentina, dan the Eastern Virginia Medical School juga menemukan fakta bahwa sperma yang diletakkan di dekat laptop akan mati dalam beberapa jam. Kerusakan DNA juga berhasil ditemukan.
“Pada saat ini kita tidak tahu apalah efek ini disebabkan oleh semua laptop yang menggunakan koneksi Wi-Fi atau menggunakannya seseorang mungkin bisa berakibat,” kata Dr Conrado Avendano, yang mengepalai tim peneliti.

Di samping itu, Dunia medis menyebutnya dengan toasted skin syndrome. Penyakit yang disebabkan paparan panas jangka panjang ini biasanya ditandai dengan munculnya bintik-bintik di jaringan pigmen kulit terluar. Dalam kasus tertentu bahkan bisa memicu kanker kulit.
Penelitian dilakukan setelah seorang anak berusia 12 tahun menderita penyakit kulit di paha kirinya. Area kulit di paha kirinya mengalami perubahan warna disertai bintik-bintik berpola. Setelah diusut, anak ini ternyata memiliki kebiasaan memangku laptop saat bermain game online selama beberapa jam setiap hari. Kebiasaan itu sudah terjadi selama berbulan-bulan.

“Dia memang merasakan panas di sisi kiri setiap kali bermain game dengan memangku laptopnya. Tapi, asyiknya permainan membuatnya tak pernah hirau atau mengubah kebiasaan itu,” kata para peneliti asal Swiss dalam Jurnal Pediatrics itu, seperti dikutip dari laman Telegraph.
Kasus lain menimpa seorang mahasiswa jurusan hukum di Virginia. Wanita muda ini harus berurusan dengan medis setelah mendapati belang-belang di kulit pahanya makin meluas. Awalnya, ia tak sadar bahwa kerusakan kulit itu akibat kebiasaan memangku laptop.

Dr Kimberley Salkey, yang menangani kasus mahasiswa itu, memastikan bahwa gangguan pigmen kulit itu terjadi akibat kebiasaan memangku laptop menyala selama enam jam per hari. Dalam pemeriksaan lanjutan, jaringan kulit di paha wanita itu tak bisa menolerir hantaran panas alas laptop yang mencapai 52 derajat celcius.
Selain laptop, sindroma ini juga bisa dipicu sejumlah perangkat elektronik atau bantalan pemanas. Banyak orang cuek karena umumnya hantaran panas itu masih bisa ditahan di kulit dan tidak menyakitkan.

Drs Andreas Arnold dan Peter Itin dari University Hospital Basel, yang melakukan penelitian itu mengatakan, toasted skin syndrome umumnya memang tidak berbahaya. Namun, jangan diremehkan karena kerusakan pigmen yang terjadi bisa mengarah ke kanker kulit.
“Jadi, tetap penting menggunakan peredam panas atau alas pengamanan lainnya saat memangku laptop dalam waktu yang lama.”