Tinggal di kota besar yang penuh dengan padatnya kendaraan seringkali membuat hidup penuh kebisingan. Belum lagi ditambah polusi udara yang menggumpal, membuat nafas menjadi sesak. Polusi udara digadang menjadi salah satu pemicu meningkatnya risiko serangan jantung. Hanya saja, menurut sebuah studi, bukan polusi udara saja yang menyebabkan masalah serangan jantung, kebisingan lalu lintas juga diduga menjadi penyebab hal itu.
Hal ini diungkap peneliti dari Masyarakat Kanker Denmark yang melihat hubungan antara kebisingan dan serangan jantung. Setiap ada kenaikan 10 desibel dari kebisingan lalu lintas, dapat meningkatkan risiko serangan jantung sebanyak 12 persen. Sehingga, orang yang sudah merasakan serangan jantung sebelumnya, sebaiknya tidak hidup di rumah yang dekat jalan raya agar risiko tidak meningkat karena polusi dan kebisingan.
Dalam studi ini, peneliti melibatkan 57 ribu orang Denmark yang telah terkena kanker dari tahun 1993 hingga 1997, berusia 50-64 tahun. Mereka diamati selama 10 tahun. Dari jumlah itu, ada 1.600 orang yang telah mendapatkan serangan jantung pertamanya. Lalu, kehidupan tempat tinggalnya diamati selama periode lebih dari 20 tahun. Dari situ didapati, mereka banyak mendapatkan paparan kebisingan hingga 42 desibel setiap harinya.
“Kami menemukan bahwa paparan terhadap kebisingan lalu lintas jalan secara bermakna dikaitkan dengan risiko MI (serangan jantung), baik sebelum dan setelah penyesuaian terhadap polusi udara. Ini menunjukkan efek independen dari kebisingan lalu lintas jalan,” kata Dr Mette Sorenson dari Masyarakat Kanker Denmark, seperti dikutip CBS News.
Polusi suara juga membuat tidur malam menjadi berkurang kualitasnya. Orang jadi sering terbangun. Padahal, saat seseorang kualitas tidurnya buruk, bisa membuat tekanan darah meningkat. Hal ini juga menjadi faktor pencetus serangan jantung.
Penelitian ini diterbitkan dalam jurnal PLoS One yang diterbitkan 20 Juni 2012.
Hal ini diungkap peneliti dari Masyarakat Kanker Denmark yang melihat hubungan antara kebisingan dan serangan jantung. Setiap ada kenaikan 10 desibel dari kebisingan lalu lintas, dapat meningkatkan risiko serangan jantung sebanyak 12 persen. Sehingga, orang yang sudah merasakan serangan jantung sebelumnya, sebaiknya tidak hidup di rumah yang dekat jalan raya agar risiko tidak meningkat karena polusi dan kebisingan.
Dalam studi ini, peneliti melibatkan 57 ribu orang Denmark yang telah terkena kanker dari tahun 1993 hingga 1997, berusia 50-64 tahun. Mereka diamati selama 10 tahun. Dari jumlah itu, ada 1.600 orang yang telah mendapatkan serangan jantung pertamanya. Lalu, kehidupan tempat tinggalnya diamati selama periode lebih dari 20 tahun. Dari situ didapati, mereka banyak mendapatkan paparan kebisingan hingga 42 desibel setiap harinya.
“Kami menemukan bahwa paparan terhadap kebisingan lalu lintas jalan secara bermakna dikaitkan dengan risiko MI (serangan jantung), baik sebelum dan setelah penyesuaian terhadap polusi udara. Ini menunjukkan efek independen dari kebisingan lalu lintas jalan,” kata Dr Mette Sorenson dari Masyarakat Kanker Denmark, seperti dikutip CBS News.
Polusi suara juga membuat tidur malam menjadi berkurang kualitasnya. Orang jadi sering terbangun. Padahal, saat seseorang kualitas tidurnya buruk, bisa membuat tekanan darah meningkat. Hal ini juga menjadi faktor pencetus serangan jantung.
Penelitian ini diterbitkan dalam jurnal PLoS One yang diterbitkan 20 Juni 2012.