Awal tahun 2012 sampai saat ini kebudayaan Korea sangat digemari oleh masyarakat kita. Mulai dari film, musik, sampai gaya berpakaian anak muda kita banyak yang berkiblat pada negeri ginseng ini.
Namun jauh beberapa tahun yang lalu tepatnya sejak 2008 ternyata ada sebagian warga pulau Buton yaitu suku Cia-Cia yang akrab dengan bahasa dan tulisan korea. Bermula dari datangnya seorang pemakalah asal Korea, Prof Chun Thay Hyun tertarik dengan paparan tentang keragaman bahasa dan adat istiadat di wilayah bekas Kesultanan Buton ini.
Dia lalu menyempatkan waktu untuk penelitian dan memilih Cia-Cia dikarenakan wilayah ini belum memiliki alfabet sendiri, serta adanya kesamaan pelafalan dan struktur bahasa dengan Korea. Bahasa asli Cia-Cia sendiri terancam punah bila terus dibiarkan karena tidak ada sitem penulisannya. Jadilah Pemkot Bau-Bau bekerjasama dengan Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa) menggelar Simposium Internasional Pernaskahan Nusantara.
Pemerintah Kota Bau-Bau bekerja sama dengan Hunminjeongeum Research Institute, lembaga riset bahasa Korea telah menyusun bahan ajar kurikulum muatan lokal mengenai bahasa Cia-Cia dengan huruf Korea. Huruf ini dipelajari mulai dari tingkat SD hingga SMA. Sejak saat itulah nama Cia-Cia populer di Korea.
Banyak jurnalis dari Korea dan Jepang datang ke Bau-bau untuk meliput keantusiasan masyarakat sana akan bahasa Korea. Itu membuat beberapa kali liputan tentang Bau-Bau diputar di televisi internasional.
Plang-plang jalan di kota Bau-Bau juga banyak yang memakai abjad Hanguel. Beberapa siswa, guru, masyarakat Cia-Cia, serta pihak Pemkot Bau-Bau pernah diundang langsung ke Korea. Mereka mendemonstrasikan kemampuan menuliskan huruf Hanggeul untuk bahasa Cia-Cia. Bahkan, beberapa guru dari Korea didatangkan langsung ke Bau-Bau untuk mengajarkan huruf Haenggul.
Mereka menyempurnakan kurikulum serta menjadi pembuka jalan bagi dibangunnya Pusat Kebudayaan Korea. Warga Cia-Cia sendiri melihat itu dengan penuh kebanggaan. Beberapa warga telah dikirim ke Korea untuk memperdalalm pengetahuan bahasa.
Tentu hal ini dapat menjadi kebanggan bagi kita warga Indonesia karena salah satu bagian negeri ini dapat dikenal luas oleh masyarakat global atau dapat pula menjadi pukulan bagi kita dan pemerintah khususnya yang dapat dikatakan kurang memiliki kepedulian bagi kebudayaannya sendiri.